19 September 2015

DICM ke-4 Kemhan-SASTIND China dalam Kerjasama Produksi Rudal dan Radar

19 September 2015


Kerjasama yang telah disepakati antara lain: Military Equipment Acquisition, Transfer of Technology dari sejumlah peralatan militer, Joint Production, dan Joint Marketing sejumlah peralatan militer.(photo : casic) 

Kerjasama Rudal C-705 China Indonesia

Pada pertemuan 27-28 Agustus 2015 di Beijing China. hal yang dibahas delegasi Kementerian Pertahanan Indonesia dengan SASTIND China adalah melihat perkembangan hasil pertemuan yang digagas pada DICM ke 3, seperti :

-Rudal Anti Kapal C-705, 
-Rudal Panggul QW-3, 
-KS-1A/FK-3 Air Defence Missile, 
-Smart Hunter TH-S311/711 of CPMIEC, 
-GCI Radar & DECI Program of CETC, 
-JRSCCS & KCR-60 of CSOC, 
-UAV (unmanned aerial vehicle), 
-PGB (precision guided bomb), 
-LY-80 Air Defence Missile of ALIT, 
-AA Gun & Ammunition of NORINCO dan sebagainya.

Kontrak ke 2 kerjasama rudal C-705 antara Indonesia dan China ditandatangani pada tahun 2013, melalui sebuah kerjasama karena kedekatan dan persahabatan dari kedua negara.

Adapun kontrak ke 3 dari kerjasama rudal C-705 ditandatangani pada akhir tahun 2014. Sebagai tindak lanjut dari kontrak tersebut, dikirimlah sejumlah rudal C-705 (sesuai kontak ke 3) untuk dilakukan tes uji penembakan oleh Indonesia pada tahun 2015. Persetujuan kredit segera disetujui dan L/C segera dibuka.

Indonesia pun menyiapkan segala kebutuhan untuk uji rudal C-705 tersebut. China akan menyiapkan program bagi prajurit TNI AL untuk melakukan training di China, setelah Indonesia menyetujui uji rudal yang dilakukan oleh pabrik yang bersangkutan.

China menyarankan TNI AL membeli kendaraan peluncur rudal anti-kapal permukaan C-705, untuk memudahkan operasional, perawatan dan perbaikan di kemudian hari.

Diskusi Program transefer teknologi (ToT) rudal C-705 mengemuka dalam pertemuan DICM ke 4 tanggal 27 Agustus 2015 di Beijing China. SASTIND China akan segera mempelajari perjanjian dasar terbaru dari Program Transfer Teknologi Rudal C-705, antara Kementerian Pertahanan RI dan SASTIND China, yang perjanjian itu diusulkan oleh Kementerian Pertahanan. China segera meresponnya.

Diskusi antara CPMIEC China dengan perwakilan PT DI menyangkut fasilitas Program ToT Rudal C-705 berlangsung di DICM ke 4, yang membahas: jumlah material dan jumlah rudal yang akan disiapkan.


Indonesia akan menyiapkan budget untuk kepentingan penyediaan material dan Final Assembly Line facilities dari rudal C-705 dan komponen rudal tersebut (SKD parts).

PT DI yang ditunjuk oleh KKIP sebagai pemimpin yang menggarap proyek ini, akan diberikan Transfer Teknologi oleh CPMIEC China, agar memiliki kemampuan memproduksi sistem rudal C-705.

PT DI akan menjadi supplier bagi Angkatan Laut Indonesia, setelah memiliki kemampuan memproduksi sisten rudal C-705.

Kedua pihak kemudian membuat list/ daftar urutan pekerjaan yang akan dilakukan PT DI seperti missile shock/overload test system, electric system pre-installation dan sebagainya.

PT DI menyatakan sanggup memenuhi dan melakukan sebagian besar list yang harus dikerjakan (ada 10 item). PT DI juga diminta berbagi ilmu pemassangan rudal dan teknik persiapannya kepada TNI AL.

PT DI meminta pendokumentasian Transfer Teknologi, dan ToT Technical Training dibebaskan dari biaya. Namun pihak China menyanggupi jika Indonesia setidaknya memesan 100 rudal C-705 (SKD missile) pada Phase I.

Local content terkait rudal ini akan disediakan oleh PT DI.

CPMIEC China meminta agar setidaknya dilakukan pembelian 50 rudal C-705 dalam bentuk SKD, untuk memulai transfer teknologi. Dan ToT technical documentation akan diberikan gratis pada ToT Phase I, jika Indonesia membeli 100 rudal dalam bentuk SKD. Formulasinya sedang dikaji oleh kedua pihak.


PT DI menyatakan akan mengkaji secara internal dan melaporkannya kepada Kementerian Pertahanan Indonesia. (JakartaGreater)

Kerjasama Radar Indonesia China


Radar pertahanan udara YLC-2V (photo : Sina)

Indonesia yang diwakili PT LEN dan CETC China berkerja sama dalam Defence Electronic Complex of Indonesia (DECI) Program, yang dibahas dalam Indonesia China Defence Industry Cooperation Meeting ke 4, yang diselenggarakan 27-28 Agustus 2015, di Beijing China.

Program ini adalah kerjasama transfer teknologi di bidang kestabilan Defence Electronic Field. CETC China menginginkan agar proyek ini dibagi ke dalam beberapa phase, untuk mempermudah penerapan teknologinya. Namun paket budget belum disepakati.


Kedua pihak berencana untuk memulainya dari satu atau dua proyek individual di lapangan, seperti pembuatan Radar OTH 400 km, atau bisa dimulai dari proyek pelatihan sumber daya manusia. Kedua pihak sepakat untuk mendiskusikan dan mendalami proyek tersebut.

Masih soal radar, dalam pembahasan yang lain CETC China melaporkan hasil biddingnya di April 2015 untuk Project CGI Radar, Indonesia. Namun pihak Indonesia belum selesai mempelajari bidding yang diajukan oleh CETC China.


CETC China mengajukan radar YLC-2V yang memiliki advanced Active Electronic Phased Steering and other cutting-edge technologies, dan dinyatakan telah sukses diuji coba oleh TNI AL yang ditandai oleh pengeluaran sertifikat dari CETC China. (JakartaGreater)

3 komentar:

  1. sejujurnya kalau kita bicara jujur Indonesia harus keluar Dari jebakan jeratan ASEAN .
    puluhan tahun bergabung ASEAN Indonesia babak bellur belli senjata pun harus pamit ke sana kemari duluu dan harus stingkat ASEAN
    akibat nya Indonesia yg mahal luas kaya laut dan daratan hanya di nikmati Singapore ASEAN .

    BalasHapus
  2. RI memang perlu kerja sama dgn China dalam hal ini alutsista, tapi perlu hati2 dan cermat tujuannya adalah saling menguntungkan kedua belah pihak.

    BalasHapus
  3. aduh, jkgr kok dikopas gan. www.hobbymiliter.com atau www.indomiliter.com lebih terpercaya

    BalasHapus